Biogas sebagai energi alternatif

Biogas sudah mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an, tetapi pemanfaatannya baru mulai digunakan di awal tahun 1990 dalam skala yang kecil, hanya untuk keperluan memasak,
lampu penerangan, ataupun menyediakan energi untuk keperluan rumah tangga lainnya.
Tapi sebenarnya, apa sih biogas itu?
Biogas adalah gas yang sifatnya mudah terbakar dan berasal dari proses penguraian bahan organik secara anaerobic (tanpa udara) oleh bakteri/mikroorganisme dengan melalui beberapa tahapan proses.

Melonjaknya harga minyak dunia hingga mencapai 60 dolar AS per barel disebabkan oleh tingginya kebutuhan minyak di berbagai belahan dunia, sementara stok yang ada terbatas.

BBM merupakan energi tak terbarukan yang berasal dari peninggalan fosil jutaan tahun silam yang berada di perut bumi, sementara pemakaian energi ini tiap tahun kian meningkat dan tentu dapat menimbulkan krisis energi jika tidak ditemukan cadangan/kilang minyak baru.
Bagaimana dengan kebutuhan BBM di Indonesia?
Di Indonesia telah timbul kelangkaan pasokan BBM (bahan bakar minyak) di beberapa wilayah Tanah Air dan dapat memicu gejolak yang berpotensi menimbulkan gangguan stabilitas nasional. Kelangkaan ini sangat dirasakan oleh masyarakat, mereka harus rela antre berjam-jam, bahkan seharian untuk bisa mendapatkan BBM di SPBU dan itu pun kadang dijatah.

Bahkan, Pertamina dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral pun telah mengungkapkan 10 tahun ke depan kita akan mengalami krisis tersebut jika tidak ada upaya untuk mencari energi alternatif lainnya dan mencoba melakukan penghematan.

Apakah kita harus menunggu pemerintah mencarikan solusi, sementara masih banyak masalah yang harus ditangani pemerintah???
Think Smart !!

Untuk itu diperlukan suatu solusi yang bisa dilakukan dengan cara,
pertama, memperbanyak pelatihan, keterampilan dan teknik-teknik pembuatan biodigester, pembuatan simulasi ataupun pilot project scala laboratorium, bisa dilakukan oleh LSM maupun Lembaga Penelitian.
Kedua, pendanaan untuk pembuatan bio-digester bisa dilakukan dengan cara multi financing antara pemerintah, donor, masyarakat/UKM (Usaha Kecil Menengah) maupun LSM. Pendanannya juga tidak terlalu tinggi karena teknologi ini adalah teknologi tepat guna tanpa ada alat-alat mekanis di dalamnya, bekerja dengan memanfaatkan bakteri dan yang terpenting bangunan harus kedap air dan udara.
Ketiga, pemerintah dan kalangan akademisi/lembaga penelitian dan LSM perlu mendukung penyebaran informasi untuk pemakaian energi alternatif, sehingga anak cucu kita di masa mendatang masih bisa menikmatinya.
Dengan demikian, besar kemungkinan perkiraan Pertamina dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tidak terjadi...

Sebagai pewaris asli kekayaan alam Indonesia, tidak sepatutnya kita hanya mengkonsumsinya saja, karena tak selamanya persediaan tersebut cukup memenuhi kebutuhan kita, oleh sebab itu sebaiknya kita ikut melestarikan persediaan yang masih ada dengan sebaik mungkin.
^-^